.::. SELAMAT DATANG DI WEB IPM GKB::.

Google Pintas

Selasa, 16 September 2008

PENGUATAN BASIS GERAKAN IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

PENGUATAN BASIS GERAKAN

IKATAN PELAJAR MUHAMMADIYAH

A. LATAR BELAKANG

Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) sebagai organisasi otonom Muhammadiyah sejak kelahirannya memposisikan diri sebagai organisasi yang berjuang dijalan dakwah amar makruf nahi mungkar. Dokumen resmi IRM, menjelaskan bahwa tujuan IRM adalah; “Terwujudnya remaja muslim yang berahlaq mulia, berilmu dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” (AD IRM Pasal 6)

Dalam upaya mewujudkan maksud dan tujuan itu, maka diperlukan pendekatan-pendekatan yang terukur dan lebih taktis. Jika dimaknai tujuan di atas, setidaknya terdapat enam variabel penting yang menjadi tekanan tujuan tersebut yaitu; (1) remaja muslim, (2) ahlak mulia, (3) gerakan keilmuan, (4) keterampilan, (5) nilai – nilai Islam dan (6) masyarakat Islam.

Remaja dan pelajar muslim adalah fokus (positioning) yang menjadi basis gerakan. Fokus basis gerakan inilah yang menjadi subyek perjuangan. Sedangkan wilayah / ruang gerakan adalah bagaimana membangun ahlak, menggerakkan basis keilmuan, mendedehkan keterampilan, menegakkan nilai-nilai dasar Islam yang membebaskan dan mencerahkan (enlightening) dalam upaya menciptakan masyarakat Islam (bukan negara Islam) yang dibangun dari nilai-nilai keadilan, kesetaraan, toleransi dan perdamaian.

Remaja dan pelajar muslim sebagai subyek perjuangan IRM memiliki dibasis aktivitas di cabang dan ranting. Memang dalam keputusan Muktamar XV IRM di Medan tahun 2006 yang lalu tidak disebut secara tegas strategi penguatan basis gerakan. Yang ada dalam keputusan tersebut adalah fokus basis massa, yaitu pelajar. Tetapi harus dipahami bahwa pelajar berada dibasis yang paling bawah, yaitu ranting dan cabang. Sehingga tidak mungkin melakukan langkah-langkah strategis tanpa lebih dahulu melakukan penguatan terhadap basis cabang dan ranting.

Cabang dan ranting dalam IRM merupakan dua struktur dalam level kepemimpinan yang berhubungan secara langsung dengan anggota dan masyarakat luas (pelajar). Ranting memiliki pertautan yang kuat antara IRM dengan anggotanya. Ranting menjadi pusat pembinaan dan pengembangan karakter kader yang tabligh, amanah dan fathonah. Di ranting pula dibangun semangat dasar dan moral perjuangan kader sehingga memiliki militansi yang kuat dan berakar pada dasar-dasar gerakan Muhammadiyah. Sedangkan cabang merupakan kesatuan beberapa ranting dalam suatu ruang & waktu. Jelas posisinya sangat penting dalam melakukan mobilisasi, aktivitas dan syiar gerakan IRM. Sehingga memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Gerakan 1000 ranting misalnya, merupakan derivasi dari keinginan untuk fokus pada basis. Tapi menjadi persoalan adalah bagaimana formulasi dari gerakan 1000 ranting itu?. Itulah sebabnya, membincang penguatan basis menjadi prasyarat bagi terbangunnya suasana yang kondusif bagi pembinaan cabang dan ranting. Atas pemikiran itulah, maka diperlukan penguatan basis gerakan sebagai titik tolak gerakan – gerakan IRM selanjutnya.

B. LANDASAN

1) Al-Qur’an dan As-Sunnah

2) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IRM

3) Keputusan Muktamar XV IRM Tahun 2006 di Medan

4) Pemikiran-Pemikiran Formal dalam IRM

5) Kebijakan-Kebijakan IRM

C. KONDISI OBYEKTIF

Guna memandu kita dalam memotret bagaimana kondisi obyektif yang terjadi dan mempengaruhi lingkup perkembangan cabang dan ranting IRM, maka akan dianalisis dengan melihat sisi eksternal yang meliputi aspek peluang dan ancaman, serta sisi internal yang meliputi aspek kekuatan dan kelemahan.

C.1 Aspek Ekternal

1. Sosial-Politik

Harus diakui bahwa aspek politik turut mempengaruhi kehidupan masyarakat termasuk kehidupan pelajar. Lahirnya kebijakan Ujian Nasional (UN) adalah salah satu contoh kebijakan politik yang cukup signifikan mempengaruhi pelajar. Banyak pelajar yang tidak lagi memiliki motivasi berorganisasi disebabkan menyibukkan diri untuk berkontestasi dalam UN. Itulah sebabnya mengapa aspek politik begitu berpengaruh dalam kehidupan sosial manusia.

2. Media Massa & Budaya Pop

Media menjadi penyumbang dengan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan psikologis dan sosial pelajar. Budaya pop yang banyak dipublish media adalah bagian dari pengaruhnya yang berakibat pada perilaku hedonis anak-anak muda. Demikian juga sinetron yang disuguhkan oleh media massa belum cukup berpihak pada tumbuhnya kesadaran kritis kaum muda. Sebab mayoritas media menayangkan tayangan-tayangan yang tidak mendidik.

3. Gerakan Ormas Lain

Aspek lain yang mempengaruhi eksistensi dan kiprah organisasional IRM adalah keberadaan ormas pelajar lain seperti PII, IPNU, IPPNU, KAPMI dan organisasi-organisasi sayap yang memiliki afiliasi dengan organisasi berhaluan ideologi transnasional seperti rohis-rohis di sekolah. Harus diakui bahwa eksistensi IRM disekolah masih terpaut jauh dari rohis-rohis dan organisasi underbow ormas dengan ideologi transnasional semacam Hizbuttahrir atau gerakan Tarbiyah lainnya.

C.2 Aspek Internal

1. AD & ART, Identitas Kader, SPI & Khittah (Perangkat Ide)

Perangkat ide yang termaktub dalam AD & ART, Identitas Kader, Paradigma Gerakan, Manifesto, SPI dan Khittah Perjuangan adalah aspek kekuatan yang sekiranya didalami oleh seluruh kader disemua level akan mempengaruhi bagaimana eksistensi organisasi ini berkiprah. Inilah salah satu aspek kekuatan yang diharapkan terinternalisasi dan manifest pada kehidupan sosial kader.

2. Tidak ada pendampingan yang intens dan kontinyu di ranting sekolah Muhammadiyah

Harus diakui bahwa persoalan yang cukup krusial adalah tidak adanya pendampingan yang secara serius dan kontinyu pada ranting baik itu ranting sekolah dan non sekolah. Sehingga tidak bisa disalahkan jika banyak alumni Taruna Melati yang akhirnya beraktivitas diluar IRM guna mencari wadah aktualisasi. Ini menjadi titik kelemahan yang perlu mendapat perhatian dalam melakukan penguatan basis.

3. Lemahnya internalisasi nilai-nilai dasar gerakan

Lemahnya internalisasi nilai-nilai dasar gerakan yang termaktub dalam keputusan-keputusan penting organisasi adalah faktor penting yang berpengaruh pada militansi dan aktifitas kader. Munculnya beberapa gugatan misalnya tentang konsepsi dakwah IRM seperti apa yang terkadang dipertanyakan oleh kader mencerminkan bagaimana rendahnya internalisasi dan pemahaman kader terhadap nilai-nilai dasar gerakan, juga termasuk konsepsi-konsepsi dasar ke-Islaman seperti konsep dakwah IRM. Aspek ini adalah kelemahan yang secara serius dan berkelanjutan harus diperbaiki.

D. TUJUAN

Tujuan penguatan basis gerakan adalah;

  1. Tercipta dan terbinanya kondisi yang dapat mengokohkan idealisme gerakan pada semua level dan dimensi.
  2. Menumbuhkan semangat, ruh dan spirit gerakan diseluruh level kepemimpinan dalam menggerakkan, membina dan mengembangkan ranting.
  3. Tertatanya kelembagaan IRM di level basis yang memungkinkan IRM sebagai organisasi pelajar Islam menjadi alternatif dan pilihan berkiprah bagi pelajar Muslim yang ada di sekolah-sekolah atau masjid.

E. LANGKAH PENGUATAN BASIS

Penguatan basis sebagai upaya terstruktur untuk menguasai akar rumput lewat berbagai aktivitas dan pendampingan merupakan langkah penting dan strategis guna memperkokoh idealisme, cita-cita dan kelangsungan gerakan Ikatan. Adapun langkah penguatan basis gerakan yang bersifat pokok dan operasional ialah sebagai berikut;

  1. Aspek Sistem Ide/World View

Sistem ide atau world view merupakan perangkat pemikiran dan cara mewujudkannya. Perangkat pemikiran inilah yang dirumuskan dalam AD & ART, Khittah Perjuangan, Paradigma IRM dan Manifesto Kritis Transformatif.

Sebagai ortom Muhammadiyah, IRM menegaskan keberislamannya dengan paradigma Islam Kritis Transformatif. Yaitu suatu cara pandang ber-Islam yang digali dari khazanah teologi al-Ma’un yang dikembangkan oleh KH Ahmad Dahlan. Keberagamaan yang dikembangkan oleh IRM adalah keberagamaan yang memihak kepada kaum dhu’afa dan mustadha’afin.

Dalam upaya memperkuat basis gerakannya, maka penguatan aspek idea / world view sangat penting sebagai modal dasar bagi segenap aktivis IRM untuk bertindak. Aspek inilah yang akan menjadi kompas bagi aktivisme kader IRM disegala ruang dan waktu.

  1. Aspek Kader/Aktor/Pelaku

Setelah selesai pada aspek idea, maka tahapan berikutnya adalah bagaimana sebuah ide digerakkan. Disinilah pentingnya apa yang dalam khazanah sosiologi disebut dengan actor / pelaku. Lazimnya di IRM disebut dengan kader.

Kader kreatif sangat penting dalam penguatan basis. Hal ini disebabkan karena aktorlah yang akan menjadi lokomotif bagi perjalanan / massifikasi idea. Dalam penguatan basis gerakan diperlukan hadirnya aktor kreatif yang senantiasa melakukan inovasi dalam dakwah. Kaderlah yang memiliki peranan penting untuk bekerja menjadi pendamping dicabang atau di ranting.

Bagaimana menciptakannya?

Dalam melakukan penguatan basis, maka menciptakan aktor adalah sesuatu yang niscaya. Oleh karena itu, harus ada upaya serius dan terstruktur untuk melakukan pelatihan-pelatihan fasilitator. Sebab dari pelatihan inilah kita berharap hadirnya actor-aktor yang menjadi penggerak pelatihan dan aktivitas positif lainnya.

  1. Aspek Kaderisasi

3.1 Penguatan Basis Kader di Sekolah Muhammadiyah

Sekolah Muhammadiyah merupakan basis utama perkaderan IRM. Sebagai basis utama perkaderan IRM, maka upaya-upaya yang mengarah kepada proses terciptanya suasana yang kondusif bagi proses kaderisasi harus dilakukan seperti; (1) mengunjungi sekolah-sekolah; (2) membangun komunikasi / lobby yang intensif dengan pihak sekolah dan majelis Dikdasmen, dan (3) melakukan perkaderan baik formal atau non formal.

3.2 Penguasaan Sekolah-sekolah Non-Muhammadiyah

Guna memperluas wilayah dakwah ikatan, maka disamping memaksimalkan perkaderan disekolah-sekolah Muhammadiyah, maka penguasaan sekolah-sekolah non Muhammadiyah juga sangat penting. Sekolah-sekolah non Muhammadiyah utamanya yang negeri merupakan peluang untuk dijadikan target dakwah. Sekolah negeri memberikan peluang kepada lembaga manapun untuk beraktifitas di sekolah. Satu aspek penting yang harus dipahami adalah sekolah-sekolah negeri tidak menyediakan ruang khusus untuk ke-Islaman sehingga pada sisi ini IRM bias masuk menjadi alternative bagi pembinaan pelajar di sekolah dengan mengisi ruang kosong spiritualitas. Dalam konteks ini IRM harus mampu bersaing dengan lembaga-lembaga sejenis PII, IPNU, KAPMI atau rohis-rohis.

Guna bisa menembus sekolah-sekolah negeri, maka harus dilakukan langkah-langkah; (1) membangun kontak dengan pihak sekolah, baik melalui silaturrahmi ke pimpinan sekolah atau media yang lain; (2) senantiasa mengundang sekolah-sekolah negeri jika IRM (cabang / ranting) melakukan kegiatan yang sifatnya umum dan terbuka bagi semua pihak; (3) membuat kegiatan-kegiatan yang sifatnya popular dan bisa melibatkan siswa-siswa sekolah negeri seperti; show, seminar, festival atau kegiatan positif lainnya; dan (4) mengajak untuk ikut perkaderan IRM yang non formal melalui KIR, Jurnalistik dan formal; taruna melati.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com